Sinar
mentari pagi tersenyum manis ditemani awan putih bersih di dekatnya, tetesan
embun nampak riang berjatuhan dari daun- daunan diiringi merdunya kicauan
burung yang saling bersautan, angin tak mau kalah dia menghembuskan dirinya
sehingga udara di hari itu terasa sejuk. Di tengah cuaca sejuk itu, nampak
seorang siswi SMP perempuan bernama Isni turun dari motor kekasihnya di
pertigaan dekat sekolah. Sang kekasih bernama Erul, seorang anak SMA kelas I,
sedangkan Isni kelas III SMP.
Awal
pertemuan mereka dimulai ketika Isni sedang pergi berjalan- jalan bersama
temannya Rida ke salah satu tempat wisata, saat Isni dan Rida berkeliling
tempat wisata, mereka melihat Erul juga di sana bersama temannya, kebetulan
Erul merupakan teman SD Rida, jadi saat bertemu, Erul menyapa Rida dan di saat
itulah Rida memperkenalkan Isni kepada Erul. Melalui pertemuan singkat itulah
hubungan Isni dan Erul berkembang, setelah saling mengenal, mereka bertambah
dekat dan mulai tertarik satu sama lain. Puncaknya Erul menyatakan cintanya
pada Isni di hari ulang tahunnya 9 april di sebuah tempat wisata dan memberi
hadiah boneka whinnie the pooh kesukaanya.
Isni
yang juga menyukai Erul langsung menerima pernyataan cinta Erul, akhirnya
mereka resmi berpacaran. Erul merupakan cinta pertama bagi Isni. Isni merasa
Erul tampak sempurna, dia tampan, tinggi, putih, baik, perhatian dan romantis.
Hari- hari yang dia jalani dengan Erul semenjak berpacaran benar- benar membuatnya
bahagia, banyak hal yang dia lakukan bersama Erul yang penuh dengan kenangan
manis yang berkesan dan berharga.
Hampir
1 bulan sejak mereka berpacaran, Isni selalu diantar Erul ke sekolah, dia
sebenarnya bahagia, tapi dia juga cemas karena sekolahnya melarang siswa
berpacaran, bahkan setiap pagi gurunya sudah siap di depan sekolah untuk
menanti dan diam- diam mengawasi siswanya yang mungkin pagi-pagi sudah berani
berpacaran. Oleh sebab itu, dia memutuskan untuk mengatakan kepada Erul tentang
perasaanya.
“Terimakasih
sudah mengantarkanku ke sekolah. Emm…Apakah aku tidak menyusahkanmu? Setiap
pagi kamu selalu mengantarkanku ke sekolah, padahal arah sekolah kita
berlawanan dan lagi apakah kamu tidak terlambat ke sekolah, aku dengar kamu
sering terlambat ke sekolah dan bolos, apa itu benar? Apa itu karenaku? Jangan
begitu, aku berharap kamu berubah, kamu lebih mementingkan sekolahmu. Tidak
perlu kamu mengantarkanku ke sekolah aku bisa menggunakan bus, setiap hari aku
juga harus turun di pertigaan ini, karena aku khawatir guruku menangkap basah
kita” kata Isni sebelum Erul beranjak pergi ke sekolahnya
“Iya,
aku mengerti” ucap Erul singkat lalu menjalankan motornya menjauhi Isni.
Sesampainya
di kelas, Isni curhat pada Rida, dia menjelaskan semuanya. Rida terlihat tidak
percaya dengan ucapan Isni.
“Kamu
bodoh, seharusnya kamu lebih menjaga perkataanmu kepada Erul. Dia telah
berkorban untuk kamu. Ya memang perkataan kamu benar, tapi kamu harus bisa
menghargai dia juga” kata Rida kepada Isni
Rida
lalu menjauh dari Isni. Hubungan keduanya menjadi canggung karena perkataan
Rida tadi. Andai saja Isni saat itu membawa handphone dia pasti sudah mengirim
pesan meminta maaf pada Erul atas ucapanya tadi meskipun dia akan di poin
karena sekolahnya tidak membolehkan dia membawa handphone dia tidak apa- apa.
Pulang
sekolah, Isni yang biasa bersama Rida, sekarang hanya sendiri dan Erul yang
biasa menjemputnya juga tak menjemputnya. Dia benar- benar pusing hari itu.
Sesampainya di rumah dia langsung membuka handphone, tidak ada pesan dari Erul
sama sekali. Dia benar- benar kecewa ternyata Erul kekanak kanakan, mudah
tersinggung dan marah, hanya dengan kata- kata Erul berubah, Erul tidak
memikirkan perasaanya,
Hari
itu terlewat begitu saja seperti angin yang berhembus tanpa membekas sama
sekali. Begitu pula hari- hari berikutnya bahkan malam minggu yang menjadi hari
kebiasaan mereka bertemu dirasa Isni sepi dan hampa. Isni mengalah, dia
mengirimi Erul pesan.
“Maaf,
aku bodoh” kata Isni spontan
Isni
marah karena pesannya hanya dibalas “Y” saja. Dia lalu meminta Erul menjelaskan
semuanya. Apa dia marah? Kenapa dia marah? Apa Salahnya?
Sayangnya
Erul tidak membalasnya. Perasaan Isni sangat berkecamuk, dia ingin mencurahkan
perasaan hatinya pada Rida tapi hubungannya dengan Rida sahabatnya juga sedang
bermasalah. Dia bertambah bingung. Karena penasaran, dia semakin protektif pada
Erul, dia menanyai apapun tentang Erul pada orang yang dia kenal yang berada di
dekat pacarnya itu, dia selalu mengintip akun social medianya tapi tidak ada
kejelasan apapun, semua itu percuma. Akhirnya dia memutuskan untuk mengakhiri
hubungannya saja secara sepihak.
“Hubungan
kita rasanya cukup sampai di sini saja. Kita tak mungkin terus bersama lagi,
karena kenyataan telah memberikan jawabannya. Terimakasih untuk semua kenangan
yang telah engkau berikan” pesan Isni untuk Erul
“Baiklah”
jawab Erul
“Apa
hanya itu balasanmu, kamu jahat, bahkan hubungan kita berakhir tanpa ada kejelasan,
kamu egois, hanya karena kata- kata semua berakhir, aku fikir kata- kataku juga
tidak terlalu bersalah” kata Isni
“Ya,
aku tahu. Tapi kamu lebih egois, kemana kamu selama 1 bulan terakhir ini,
disaat aku butuh perhatian kamu, hanya untuk 1 sms pertama dari kamu aku harus
menunggu 1 bulan, kenapa harus aku yang selalu mengirim pesan dulu ke kamu”
kata Erul
Perdebatan terus
terjadi antara keduanya, mereka sama- sama tak mau kalah. Tapi akhirnya Isni
mengaku salah, dia meminta maaf karena dia semuanya terjadi. Dia ingin
diperhatikan tapi tak bisa memperhatikan dia egois dan dia tidak bisa menjaga
kata- katanya tapi Erul juga salah jika dia mencintai Isni seharusnya dia tidak
menguji Isni seperti itu. Mereka akhirnya memutuskan untuk putus saja karena
mereka merasa belum dewasa untuk menjalankan apa itu pacaran. Isni selanjutnya
meminta maaf pada Rida dan mengatakan semuannya sudah terjadi, dia tidak akan
menyesali keputusannya, jika dia berjodoh dengan Erul dia pasti akan
dipersatukan kembali. Rida menyetujui pendapat Isni.