Mengukir
Mimpi bersama Para Sahabat
Judul : Sang Pemimpi
Nama
Pengarang : Andrea Hirata
Penerbit : Bentang
Tebal
: 292 Halaman
Harga
Buku : Rp. 49.000
Sang Pemimpi adalah buku kedua dari tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Buku ini menceritakan kisah
kehidupannya di Pulau belitong yang dililit kemiskinan. Namun ada tiga remaja
SMA Bukan Main yang bermimpi untuk melanjutkan sekolah hingga ke Perancis
menjelajah Eropa hingga ke Afrika. Ikal, Arai dan Jimbron, mereka adalah para
pemimpi-pemimpi itu.
Novel Sang Pemimpi menceritakan tentang sebuah kehidupan
tiga orang anak Melayu Belitong yaitu Ikal, Arai, dan Jimbron yang penuh dengan
tantangan, pengorbanan dan lika-liku kehidupan yang memesona sehingga kita akan
percaya akan adanya tenaga cinta, percaya pada kekuatan mimpi dan kekuasaan
Allah. Ikal, Arai, dan Jimbron berjuang demi menuntut ilmu di SMA Negeri Bukan
Main yang jauh dari kampungnya. Mereka tinggal di salah satu los di pasar kumuh
Magai Pulau Belitong bekerja sebagai kuli ngambat untuk tetap hidup sambil
belajar.
Ada Pak Balia yang baik dan bijaksana, beliau seorang Kepala
Sekolah sekaligus mengajar kesusastraan di SMA Negeri Bukan Main, dalam novel
ini juga ada Pak Mustar yang sangat antagonis dan ditakuti siswa, beliau
berubah menjadi galak karena anak lelaki kesayangannya tidak diterima di SMA
yang dirintisnya ini. Sebab NEM anaknya ini kurang 0,25 dari batas minimal.
Bayangkan 0,25 syaratnya 42, NEM anaknya hanya 41,75. Ikal, Arai, dan Jimbron
pernah dihukum oleh Pak Mustar karena telah menonton film di bioskop dan peraturan
ini larangan bagi siswa SMA Negeri Bukan Main. Pada apel Senin pagi mereka
barisnya dipisahkan, dan mendapat hukuman berakting di lapangan sekolah serta
membersihkan WC. Ikal dan Arai bertalian darah. Nenek Arai adalah adik kandung
kakek Ikal dari pihak ibu,ketika kelas 1 SD ibu Arai wafat dan ayahmya juga
wafat ketika Arai kelas 3 sehingga di kampung Melayu disebut Simpai Keramat.
Sedangkan Jimbron bicaranya gagap karena dulu bersama ayahnya.
Banyak kelebihan-kelebihan yang didapatkan dalam novel ini.
Mulai dari segi kekayaan bahasa hingga kekuatan alur yang mengajak pembaca
masuk dalam cerita hingga merasakan tiap latar yang terdeskripsikan secara
sempurna.
Hal ini tak lepas dari kecerdasan penulis memainkan
imajinasi berfikir yang dituangkan dengan bahasa-bahasa intelektual yang
berkelas. Penulis juga menjelaskan tiap detail latar yang mem-background-i
adegan demi adegan, sehingga pembaca selalu menantikan dan menerka-nerka setiap
hal yang akan terjadi. Selain itu, kelebihan lain daripada novel ini yaitu
kepandaian Andrea dalam mengeksplorasi karakter-karakter sehingga kesuksesan
pembawaan yang melekat dalam karakter tersebut begitu kuat.
Pada dasarnya novel ini hampir tiada kelemahan. Hal itu
disebabkan karena penulis dengan cerdas dan apik menggambarkan keruntutan alur,
deskripsi setting, dan eksplorasi kekuatan karakter. Baik ditinjau dari segi
kebahasaan hingga sensasi yang dirasakan pembaca sepanjang cerita, novel ini
dinilai cukup untuk mengobati keinginan pembaca yang haus akan novel yang bermutu.
Meskipun disebut sebagai buku kedua dari tetralogi Laskar
Pelangi, tapi di buku ini nyaris tidak ada hubungannya dengan buku yang
pertama, Laskar Pelangi. Tapi Sang Pemimpi hanya menyebutkan kata Laskar
Pelangi hanya sekali disebut. Dan keponakan yang Ikal biayai saat di Jawa juga
tidak disebut sama sekali dalam buku ini, padahal di Novel sebelumnya telah
diceritakan dengan jelas.
Dengan mengesampingkan beberapa kekurangan tadi, novel ini
benar-benar buku yang sangat dibutuhkan oleh remaja negeri ini. Karena buku ini
memberi motivasi, member mimpi pada anak-anak yang patah semangat untuk sekolah
dan melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi. Selain itu buku ini juga
mengajarkan tentang ketidakmungkinan yang bisa diwujudkan dengan kerja keras.
Sumber
: http://rezarezadwirm.blogspot.com/2013/06/resensi-novel-sang-pemimpi-tugas.html
0 komentar:
Posting Komentar